Wawancara Jeromangku – 7 Desember 2017


Wawancara kami yang keempat dilakukan bersama Jeromangku yang berada di Pura Agung Wira Satya Buana yang terletak di Tanah Abang. Seperti biasa, pertanyaan kami buka dengan menanyakan pendapat jeromangku sendiri mengenai keadaan toleransi antar umat beragama di Indonesia. Menurut Jeromangku sendiri, toleransi dan kerja samanya sudah cukup baik sebab Jeromangku sendiri tergabung pada FKUB yang ada di Jakarta. Beliau merupakan perwakilan dari agama Hindu sendiri. FKUB merupakan sebuah Forum Komunikasi Umat Beragama dimana nanti pada saat Natal nanti, Jeromangku dan yang lainnya akan melakukan kunjungan ke gereja-gereja untuk menghormati satu sama lain. Walaupun begitu kami sering melihat di televisi, banyak terjadi ketidakharmonisan di berbagai tempat seperti adanya pembakaran gereja atau penutupan vihara, yang menurut Jeromangku disebabkan karena ada beberapa orang yang memahami agamanya terlalu fanatik sehingga dia berpikiran bahwa dialah yang paling benar. Ini yang menyebabkan adanya sikap intoleran tetapi bukan agamanya yang salah sebenarnya. Sebab agama itu semuanya baik dan tentunya mengajarkan toleransi hanya saja pemahaman individunya yang kurang. Mereka mengaplikasikan dan menafsirkannya salah.

FKUB sendiri sangatlah berperan dalam menjaga kerukukan antar umat beragama di Indonesia. Seperti contohnya, yang pernah dialami Jeromangku sendiri, dulu pernah terjadi perselisihan antara umat Kristen dan Islam mengenai izin berdirinya gereja yang tidak diketahui oleh masyarakat setempat. Mengetahui adanya konflik tersebut, forum FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama )mengundang kedua pihak yang berselisih untuk mencari tahu akar permasalahan beserta apparat keamanan, dan pada forum tersebut diketahui surat izin pendirian gereja itu sudah lengkap namun karena belum diketahi masyarakat banyak sehingga munculnya pertikaian. Dengan adanya forum itu, tercapainya pengertian yang dapat dimengerti masyarakat sehingga konflik bisa diredam dan dibuatnya kesepakatan yang dipantau oleh apparat kemanan agar konflik tidak terjadi lagi di kemudian hari. Disinilah peran FKUB untuk menyelesaikan dan mencegah konflik antar agama yang muncul di Indonesia.



Selain lewat FKUB, Jeromangku juga sudah berupaya untuk menjaga toleransi di lingkungan ini lewat berbagai kegiatan bakti sosial. Seperti nanti pada Hari Raya Nyepi misalnya, itu akan diadakan pembagian sembako, pengobatan gratis, dan sebagainya. Kalau dari FKUB sendiri, Jeromangku ikut serta dalam peleraian masalah yang terjadi sekitar tiga bulan yang lalu di Kemayoran ketika ada umat agama Kristen dan Islam yang berkelahi. Perkelahian itu pun diselesaikan dengan pemanggilan pemuka agamanya ke forum dan dibicarakan baik-baik sehingga tidak terjadi lagi benturan di daerah sana. Pemerintah sendiri sebenarnya sudah cukup baik dalam hal pemberian solusi yang tepat untuk penangan kasus-kasus intoleran. Pemerintah sudah punya departemennya sendiri yaitu departemen agama dan departemen ini tentunya memiliki undang-undang terhadap kasus-kasus seperti itu. Sehingga sebenarnya kita semua bisa hidup dengan rukun hanya saja penegakan undang-undangnya yang masih kurang jadi masih banyak kasus-kasus seperti itu.

Satu hal yang disayangkan menurut Jeromangku adalah ada sekolah-sekolah yang mengelompokan berdasarkan agama seperti dengan adanya SMAK dan sebagainya. Sebab kalau ada yang seperti itu lebih baik dibuat menjadi sekolah agama dan bukannya sekolah yang dibuka untuk umum. Misalnya di agama Hindu ada sekolah agamanya yang dinamakan STAH, Sekolah Tinggi Agama Hindu. Seharusnya SMA apapun harusnya menyediakan pelajaran agama untuk masing-masing agama. Sehingga sekolah itu dibuat secara umum dan jangan menyebutkan nama agama walaupun di sekolah tersebut ada kelompok agama mayoritasnya.



Menurut pandangan agama Hindu, Pancasila dan Hindu harus berjalan bersama dan beriringan sebab apabila tidak maka bukan negara Pancasila namanya. Disinilah masyarakat Indonesia harus mempelajari lebih dalam apa arti dari Pancasila. Apalagi di era Jokowi sekarang sedang digemborkan istilah Aku Manusia Pancasila yang menuntut kita berperilaku sesuai nilai dasar Pancasila yaitu kemanusiaan, persatuan, ditambah lagi dengan nilai yang ada di sila pertama yaitu tentang Ketuhanan. . Semua agama juga sejalan Pancasila, mengingat semua agama mendorong kita untuk percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, tentang hidup rukun, toleransi dan sebagainya. Hal ini membuktikan semua agama termasuk Hindu dan Pancasila dapat berjalan beriringan dan penerapan Pancasila berjalan di masyarakat Indonesia. Tidak cocok pula apabila Indonesia menjadi negara sekularisme sebab terlalu banyak agama di Indonesia dan ini harus diatur apabila tidak makan akan terjadi bentrokan di sana-sini.

Pesan yang dapat disampaikan Jeromangku kepada mahasiswa khususnya mengenai masalah intoleransi yang terjadi serta harapan ke depannya adalah harus meningkatkan sikap toleransi dan kerja sama agar lebih baik lagi. Jangan memandang remeh orang lain juga, walaupun backgroundnya berbeda dengan background diri kita sendiri, tetaplah menghormati dan menghargai mereka sebagaimana kita menghargai teman-teman kita sendiri. Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa juga harus mampu beradaptasi dengan baik, apabila kita ke tempat baru maka kita harus mengenali budayanya dan hormati peraturan di tempat tersebut. Jangan suka mencari-cari masalah dan berdebat tetapi bertanyalah sebanyak-banyaknya.


Link ke hasil transkrip wawancara: 

https://drive.google.com/open?id=1MgZVBTqsL09YoeXLdJ6Nz9-WbdPKOI9r

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *